100 Kb Pembawa Dosa
Begitu banyak orang berusaha menghindari daging babi, alkohol, dan makanan yang haram. Akan tetapi dia terjatuh ke dalam dosa besar karena kekhilafannya. Apakah kekhilafan itu karena kebenciannya? Tidak selalu. Terkadang karena kecintaan dengan sesuatu, bisa jadi dia jatuh ke dalam dosa besar ini. Kecintaan dengan pendapat yang diyakini kebenarannya, dia bela mati-matian apa yang dia anggap benar itu. Padahal dia sudah terjatuh ke dalam ghibah.
Terkadang dengan “ringan” nya kita seolah sedang memakan daging bangkai saudara kita sendiri dengan argumen pembenaran akan kebenaran dan keyakinannya. Berapa daging bangkai? 2 atau kah 3 dalam sehari? Astaghfirullohaladziim. Kenapa?
Marilah kita simak firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 12, yang artinya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang .” (QS. Al-Hujurat:12)
Demikianlah Allah mengumpamakan antara menggunjing (ghibah) dengan orang yang memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Lalu Apakah ghibah itu ?
Sesuai apa yang diterangkan Nabi SAW pada hadits riwayat Muslim, Abu Daud : Nabi SAW bersabda : “Tahukah kamu apa ghibah itu ? Jawab Sahabat : Allaahu warasuuluhu a’lam (Allah dan Rasulullah yang lebih tahu).
Kemudian Nabi SAW bersabda : Menceritakan hal saudaramu yang ia tidak suka diceritakan pada orang lain. Lalu Sahabat bertanya : Bagaimana jika memang benar sedemikian keadaan saudaraku itu ? Jawab Nabi SAW : “Jika benar yang kau ceritakan itu, maka itulah ghibah, tetapi jika tidak benar ceritamu itu, maka itu disebut buhtan (tuduhan palsu, fitnah) dan itu lebih besar dosanya”.
Dalam kitab al adzkar, Imam An-Nawawy memberikan definisi : ‘Ghibah, adalah menyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan kondisi badan, agama, dunia, jiwa, perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa senang, rasa duka dan sebagainya, baik dengan kata-kata yang gamblang, isyarat maupun kode.
Dalam era informasi yang canggih sekarang ini, bentuk-bentuk ghibah dapat dilakukan dengan model yang lebih baru. Tulisan, sms, email, bahkan lewat bahasa tubuh. Di internet, tulisan yang berupa elektronik sangatlah ringan. Sebuah email biasanya tidak lebih dari 100 Kb. Sangat kecil sekali dibanding sebuah flash disk yang mampu menyimpan 4 GB data.
Coba mari kita fikirkan kalau tulisan kita adalah ghibah ? sudah tersebar ke mana-mana, yang akhirnya kita tidak mampu menghapus tulisan itu sendiri. Ditambah kalau tulisan kita sudah masuk ke lingkaran milis-milis. Tulisan itu akan tetap tersimpan rapi di dunia internet, tanpa kita dapat menghapuskannya. Sudah berapa dosa yang telah kita perbuat dengan Ghibah yang kita lakukan ?
Dalam buku kecil Provision for the seekers, ada hadits pendek yang berbunyi, “Laa yadkhulul jannata qottaatun”(Tidak akan masuk surga orang yang melakukan qattaat). Qattaat bisa disinonimkan dengan nammam, artinya orang yang mendengarkan pembicaraan sekelompok orang yang kemudian dia menyebarkan pembicaraan tersebut ke orang lain. Baik dengan terang-terangan atau dengan sindiran, tanpa dia dapat mengontrol penyebaran pembicaraan yang dia lakukan. Yang akhirnya menarik pro dan kontra pembaca, baik yang tahu permasalahan atau pun tidak.
Itulah bahayanya email dan dunia internet. Bisa jadi kita shalat, zakat, shaum di waktu bangun, akan tetapi sebenarnya di waktu tidur pun anda melakukan dosa besar dengan bentuk ghibah karena Qattaat yang kita sebarkan. Bagaimana cara menghapus ini semua ? Jelas tidak mungkin. Email dan tulisan kita akan tersimpan di setiap harddisk orang yang menerima email kita. Atau tersimpan di server bang Yahoo dan paman Google. Sampai kapan ? Mungkin sampai hari kiamat !!
Kalau kita tidak dapat menghapusnya, dengan apa kita akan masuk surga kelak? Maukah kita melakukan dosa sepanjang tahun? Tidak bukan? Berhati-hatilah dengan 100 Kb!!
Oleh : Tatang Sutardi
Wallaahu a’lamu bish-Shawaab.
Demikian mudah-mudahan bermanfaat, Amiin.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta, astaghfiruka wa-atuubu ilaika.
Terkadang dengan “ringan” nya kita seolah sedang memakan daging bangkai saudara kita sendiri dengan argumen pembenaran akan kebenaran dan keyakinannya. Berapa daging bangkai? 2 atau kah 3 dalam sehari? Astaghfirullohaladziim. Kenapa?
Marilah kita simak firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 12, yang artinya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang .” (QS. Al-Hujurat:12)
Demikianlah Allah mengumpamakan antara menggunjing (ghibah) dengan orang yang memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Lalu Apakah ghibah itu ?
Sesuai apa yang diterangkan Nabi SAW pada hadits riwayat Muslim, Abu Daud : Nabi SAW bersabda : “Tahukah kamu apa ghibah itu ? Jawab Sahabat : Allaahu warasuuluhu a’lam (Allah dan Rasulullah yang lebih tahu).
Kemudian Nabi SAW bersabda : Menceritakan hal saudaramu yang ia tidak suka diceritakan pada orang lain. Lalu Sahabat bertanya : Bagaimana jika memang benar sedemikian keadaan saudaraku itu ? Jawab Nabi SAW : “Jika benar yang kau ceritakan itu, maka itulah ghibah, tetapi jika tidak benar ceritamu itu, maka itu disebut buhtan (tuduhan palsu, fitnah) dan itu lebih besar dosanya”.
Dalam kitab al adzkar, Imam An-Nawawy memberikan definisi : ‘Ghibah, adalah menyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan kondisi badan, agama, dunia, jiwa, perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa senang, rasa duka dan sebagainya, baik dengan kata-kata yang gamblang, isyarat maupun kode.
Dalam era informasi yang canggih sekarang ini, bentuk-bentuk ghibah dapat dilakukan dengan model yang lebih baru. Tulisan, sms, email, bahkan lewat bahasa tubuh. Di internet, tulisan yang berupa elektronik sangatlah ringan. Sebuah email biasanya tidak lebih dari 100 Kb. Sangat kecil sekali dibanding sebuah flash disk yang mampu menyimpan 4 GB data.
Coba mari kita fikirkan kalau tulisan kita adalah ghibah ? sudah tersebar ke mana-mana, yang akhirnya kita tidak mampu menghapus tulisan itu sendiri. Ditambah kalau tulisan kita sudah masuk ke lingkaran milis-milis. Tulisan itu akan tetap tersimpan rapi di dunia internet, tanpa kita dapat menghapuskannya. Sudah berapa dosa yang telah kita perbuat dengan Ghibah yang kita lakukan ?
Dalam buku kecil Provision for the seekers, ada hadits pendek yang berbunyi, “Laa yadkhulul jannata qottaatun”(Tidak akan masuk surga orang yang melakukan qattaat). Qattaat bisa disinonimkan dengan nammam, artinya orang yang mendengarkan pembicaraan sekelompok orang yang kemudian dia menyebarkan pembicaraan tersebut ke orang lain. Baik dengan terang-terangan atau dengan sindiran, tanpa dia dapat mengontrol penyebaran pembicaraan yang dia lakukan. Yang akhirnya menarik pro dan kontra pembaca, baik yang tahu permasalahan atau pun tidak.
Itulah bahayanya email dan dunia internet. Bisa jadi kita shalat, zakat, shaum di waktu bangun, akan tetapi sebenarnya di waktu tidur pun anda melakukan dosa besar dengan bentuk ghibah karena Qattaat yang kita sebarkan. Bagaimana cara menghapus ini semua ? Jelas tidak mungkin. Email dan tulisan kita akan tersimpan di setiap harddisk orang yang menerima email kita. Atau tersimpan di server bang Yahoo dan paman Google. Sampai kapan ? Mungkin sampai hari kiamat !!
Kalau kita tidak dapat menghapusnya, dengan apa kita akan masuk surga kelak? Maukah kita melakukan dosa sepanjang tahun? Tidak bukan? Berhati-hatilah dengan 100 Kb!!
Oleh : Tatang Sutardi
Wallaahu a’lamu bish-Shawaab.
Demikian mudah-mudahan bermanfaat, Amiin.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta, astaghfiruka wa-atuubu ilaika.
0 Response to "100 Kb Pembawa Dosa"
Posting Komentar