Fitnah Dajjal



Ciri-ciri fisik dan sifat Dajjal
Diantara tanda-tanda kiamat besar adalah keluarnya Dajjal. Siapakah Dajjal itu? Dajjal adalah laki-laki keturunan Adam. Ia seorang berkulit merah, bertubuh pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah kanan buta, tidak menonjol keluar dan juga tidak tenggelam seperti buah anggur yang masak. Pada mata sebelah kirinya terdapat daging yang tumbuh lebih tebal dari sudutnya, diantaranya kedua matanya terdapat tulisan huruf ka-fa-ra secara terpisah yang dapat dibaca oleh setiap mu’min baik yang buta huruf maupun yang pandai menulis, ia mandul dan tidak punya anak.

Waktu dan tempat munculnya Dajjal
Dajjal akan keluar dari arah timur ( Khurasan ) dari kampung Yahudiah Asbahan (sekarang berada di perbatasan Iran dan Rusia). Kemudian ia mengembara ke seluruh negeri, tidak ada negeri yang selamat dari genggaman fitnahnya kecuali Mekkah dan Madinah, karena keduanya selalu dijaga oleh para Malaikat, ia keluar setelah kaum muslimin berhasil menaklukkan Konstantinopel.(lihat Fathul Baari 13 : 91 )

Tanda-tanda kemunculan Dajjal
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Tamim ad-Daari disimpulkan bahwa diantara tanda-tanda kemunculan Dajjal adalah pohon-pohon kurma di desa Nakhl Baisan (Palestina) tidak bisa berbuah lagi, keringnya air danau Thabariah di Palestina dan keringnya mata air Zughar (Syiria) yang biasa mengairi perkebunan sekitarnya. ( HR Muslim 18 : 83).

Dimanakah Dajjal saat ini
Pendapat yang shahih bahwa Dajjal sudah diciptakan, saat ini ia berada di sebuah pulau terpencil dan sedang menunggu ketentuan Allah untuk dapat keluar. Hal itu sebagaimana hadits Tamim Ad-Daari yang pernah berjumpa dengan Dajjal di sebuah pulau terpencil saat perahu yang ia naiki bersama teman-temanya karam di laut. Tamim bertemu dengan Dajjal dan Al-Jasasah, sedang Dajjal saat itu kedua tanggannya terbelenggu ke kuduknya, antara kedua lutut dan mata kakinya diikat dengan rantai besi ( HR Muslim 18 : 78-83)

Keadaan dunia sebelum keluarnya Dajjal
Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal adalah tempo waktu 3 tahun yang sangat sulit, dimana pada waktu itu manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan 1/3 dari hujannya dan kepada bumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Kemudian Allah memerintahkan langit pada tahun kedua agar menahan 2/3 dari hujannya dan bumi untuk menahan 2/3 dari tanamannya. Kemudian pada tahun ke 3 darinya Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujan, lalu ia tidak meneteskan setitik air pun dan memerintahkan bumi agar menahan seluruh tanamannya, setelah itu tidak tumbuh satu tanaman hijau pun dan semua binatang berkuku akan mati kecuali yang dikehendaki Allah SWT. Lalu dengan apa manusia hidup pada saat itu ? Beliau SAW menjawab : “ Tahlil, takbir dan tahmid adalah sama bagi mereka dengan makanan. (HR. Ibnu Majah, shahih. Lihat Ash-Shahihain No. 2457).

Lamanya Dajjal menetap di bumi
Dajjal akan tinggal di bumi selama 40 hari. Satu hari pertama bagai 1 tahun, satu hari kedua bagai 1 bulan, satu hari ke 3 bagai satu pekan. Hari-hari berikutnya sebagaimana hari biasa. Dalam keadaan seperti ini setiap muslim tetap melaksanakan shalat sebagaimana hitungan satu tahun, satu bulan, dan satu pekan. ( HR Muslim ).

Fitnah Dajjal
Dajjal akan datang dengan membawa fitnah yang sangat dahsyat, sehingga banyak manusia yang akan tertipu oleh fitnahnya. Diantara fitnah Dajjal adalah :
1. Dajjal datang dengan membawa surga dan neraka, siapa yang masuk ke surga Dajjal sesungguhnya itu adalah neraka Allah, dan siapa yang bersabar dengan neraka Dajjal, ia akan masuk sorga yang hakiki.
2. Dajjal mampu menghidupkan orang yang telah mati sehingga banyak manusia menyangka bahwa ialah Tuhan yang sesungguhnya.
3. Penduduk negeri yang disinggahi Dajjal lalu mengingkarinya, sawah ladangnya akan hancur, hewan ternaknya akan mati kelaparan, dan negerinya menjadi gersang. Sedang yang beriman pada Dajjal akan memperoleh berbagai kesenangan hidup, makanan yang melimpah, tanaman yang subur, binatang yang memiliki banyak susu.
4. Diantara fitnahnya adalah ia akan memaksa seorang manusia, lalu membunuh dan memotongnya dengan gergaji hingga tubuhnya terbelah menjadi dua, lalu ia hidupkan kembali orang tersebut dan memaksanya agar beriman kepadanya.

Para pengikut dan pendukung Dajjal
Pendukung utama Dajjal adalah 70.000 Yahudi Asbahan yang berpakaian tanpa jahitan, juga diikuti suatu kaum bermuka gelap seperti tembaga. Orang luar Arab juga banyak yang mendukung Dajjal, juga orang Turki dan manusia dari berbagai negara yang kebanyakan dari orang Arab dusun dan kaum wanita.

Terbunuhnya Dajjal di tangan Isa Al-Masih as
Pada hari terakhir dari pengembaraannya di bumi, sampailah Dajjal di Palestina, lalu bertemu dengan pasukan Al-Mahdi yang baru kembali dari penaklukkan Konstantinopel. Saat itu Al-Mahdi telah bersama Nabi Isa as. Ketika Dajjal melihat Nabi Isa as, tubuhnya meleleh seperti melelehnya garam dalam air, lalu Nabi Isa as mengejar sampai pada sebuah tempat bernama lodd, di situlah Nabi Isa as menikam Dajjal dengan tombaknya. Kemudian tombak yang berlumuran darah itu ditunjukkan kepada kaum muslimin. 70.000 kaum Yahudi pengikut Dajjal akan dibunuh semua hingga mereka bersembunyi di pohon dan batu-batu, namun benda itu dapat berbicara dan memberi tahu keberadaan orang Yahudi yang bersembunyi di baliknya, kecuali pohon Ghorqod. ( Alfitan wal- Malahim 1:128-129).

Cara berlindung dari fitnah Dajjal
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada setiap mu’min cara berlindung dari fitnah Dajjal diantaranya adalah :
1. Membaca 10 ayat pertama dan terakhir surat Al-Kahfi
2. Membaca do’a perlindungan dari fitnah Dajjal, khususnya pada saat sujud terakhir sebelum tasyahud
3. Memantapkan iman dengan mempelajari hakikat dan fitnah Dajjal sehingga saat kemunculan ia akan mengetahui kebohongannya
4. Menetap di kota Mekkah atau Madinah
5. Berlari dan bersembunyi jika mengetahui bahwa Dajjal mendatanginya meskipun ia seorang yang kuat imannya, karena fitnah Dajjal sangat dahsyat.

Demikian mudah-mudahan bermanfaat. Amiin.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta, astaghfiruka waatuubu ilaika.

Hukum Memperpanjang Sujud Terakhir


Segala puji bagi Allah Tuhan semest alam, Pemberi segala nikmat. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Kita ketahui bersama bahwa do’a ketika sujud adalah waktu terbaik untuk berdo’a. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.” (HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah)

Namun seringkali kita lihat di lapangan, sebagian orang malah seringnya memperlama sujud terakhir ketika shalat, tujuannya adalah agar memperbanyak do’a ketika itu. Apakah benar bahwa saat sujud terakhir mesti demikian? Semoga sajian singkat ini bermanfaat.
Al Baro’ bin ‘Azib mengatakan,

كَانَ رُكُوعُ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَسُجُودُهُ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَرِيبًا مِنَ السَّوَاءِ
“Ruku’, sujud, bangkit dari ruku’ (i’tidal), dan duduk antara dua sujud yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya hampir sama (lama dan thuma’ninahnya).” (HR. Bukhari no. 801 dan Muslim no. 471)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin pernah ditanya,
“Apakah diperkenankan memperpanjang sujud terakhir dari rukun shalat lainnya, di dalamnya seseorang memperbanyak do’a dan istighfar? Apakah shalat menjadi cacat jika seseorang memperlama sujud terakhir?”
Beliau rahimahullah menjawab,
“Memperpanjang sujud terakhir ketika shalat bukanlah termasuk sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena yang disunnahkan adalah seseorang melakukan shalat antara ruku’, bangkit dari ruku’ (i’tidal), sujud dan duduk antara dua sujud itu hampir sama lamanya. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits Baro’ bin ‘Azib, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendapati bahwa berdiri, ruku’, sujud, duduk beliau sebelum salam dan berpaling, semuanya hampir sama (lamanya). ” Inilah yang afdhol. Akan tetapi ada tempat do’a selain sujud yaitu setelah tasyahud (sebelum salam). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan ‘Abdullah bin Mas’ud tasyahud, beliau bersabda, “Kemudian setelah tasyahud, terserah padamu berdo’a dengan doa apa saja”. Maka berdo’alah ketika itu sedikit atau pun lama setelah tasyahud akhir sebelum salam. (Fatawa Nur ‘ala Ad Darb, kaset no. 376, side B)

Dalam Fatawa Al-Islamiyah (1/258), Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menyebutkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat. Yang disebutkan dalam berbagai hadits, rukun shalat atau keadaan lainnya itu hampir sama lamanya.”
Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah juga menjelaskan, “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat. Akan tetapi, memang sebagian imam melakukan seperti ini sebagai isyarat pada makmum bahwa ketika itu adalah raka’at terakhir atau ketika itu adalah amalan terkahir dalam shalat. Karenanya, mereka pun memperpanjang sujud ketika itu. Dari sinilah, mereka maksudkan agar para jama’ah tahu bahwa setelah itu adalah duduk terakhir yaitu duduk tasyahud akhir. Namun alasan semacam ini tidaklah menjadi sebab dianjurkan memperpanjang sujud terakhir ketika itu.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, Ahkam Qoth’ush Sholah, Fatawa no. 2046 dari website beliau)

Dari penjelasan singkat ini, nampaklah bahwa tidak ada anjuran untuk memperlama sujud terakhir ketika shalat agar bisa memperbanyak do’a ketika itu. Yang tepat, hendaklah gerakan rukun yang ada sama atau hampir sama lamanya dan thuma’ninahnya. Silakan membaca do’a ketika sujud terakhir, namun hendaknya lamanya hampir sama dengan sujud sebelumnya atau sama dengan rukun lainnya. Apalagi jika imam sudah selesai dari sujud terkahir dan sedang tasyahud, maka selaku makmum hendaklah mengikuti imam ketika itu. Karena imam tentu saja diangkat untuk diikuti. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ
“Imam itu diangkat untuk diikuti, maka janganlah diselisihi.” (HR. Bukhari no. 722, dari Abu Hurairah)

Hanya Allah yang memberi taufik.

Sumber : Website Syaikh Sholih Al Munajid – Al-Islam Sual wa Jawab (http://islamqa.com/ar/ref/111889/ )

Demikian mudah-mudahan bermanfaat, Amiin.
Subhaana-Ka Allaahumma wabihamdi-Ka asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta astaghfiru-Ka waatuubu ilai-Ka.
Powered by Blogger