Hilangkan Nyeri dengan Dzikir


“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’du : 13)

Berdzikir sejak dulu dikenal sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kini seorang dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Satyanegara Sunter, Arman Yurisaldi Saleh, mengungkapkan bahwa dzikir mampu menyehatkan saraf. Hal itu terbukti setelah ia melakukan penelitian terhadap pasien-pasien yang ia tangani. Ternyata pasien yang sering berdzikir mengalami perbaikan lebih cepat dibandingkan dengan pasien yang tidak suka berzikir.
Misalnya, beberapa pasien yang mengalami gangguan saraf seperti penderita alzheimer dan stroke, akan membaik kondisinya setelah membiasakan berdzikir dengan mengucapkan kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” dan kalimat istigfar “astaghfirullaahal ‘adhiim”.
Menurutnya, setelah ditinjau dari sudut ilmu kedokteran kontemporer, pengucapan “laa ilaaha illallaah” dan “astaghfirullaahal ‘adhiim” dapat menghilangkan nyeri dan bisa menumbuhkan ketenangan serta kestabilan saraf bagi penderita. Sebab, dalam kedua bacaan dzikir tersebut terdapat huruf jahr yang dapat mengeluarkan CO2 dari dalam otak.
Arman menemukan dalam kalimat “laa ilaaha illallaah” terdapat huruf jahr yang diulang tujuh kali yaitu huruf lam, dan “astaghfirullaahal ‘adhiim” terdapat huruf ghayn, ra, dan dua buah lam sehingga ada empat huruf jahr yang harus dilafalkan keras sehingga kalimat dzikir tersebut akan mengeluarkan karbondioksida lebih banyak saat udara dihembuskan keluar mulut.
Dan CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh tidak mempengaruhi perubahan diameter pembuluh darah dalam otak. Sebab, bila proses pengeluaran CO2 kacau, maka CO2 yang ke luar juga kacau sehingga menyebabkan pembuluh darah di otak akan melebar berlebihan ketika kadar CO2 di dalam otak menurun.
Sehingga, ungkap Arman, dilihat dari tinjauan ilmu saraf terdapat hubungan yang erat antara pelafalan huruf (makharij al-huruf) pada bacaan dzikir dengan aliran darah pernapasan ke luar yang mengandung zat CO2 (karbondiokida) dan proses yang rumit di dalam otak pada kondisi fisik atau psikis seseorang.
Efeknya, ketika seseorang melakukan dzikir secara intens dan khusyuk seraya memahami artinya, pembuluh darah di otak akan membuat aliran karbondioksida yang ke luar dari pernapasan menjadi lebih banyak. Kadar karbondioksida dalam otak pun akan turun secara teratur. Dengan begitu tubuh akan segera menunjukkan kemampuan refleks kompensasi.
‘‘Saya sering menyaksikan terjadinya perubahan yang cukup besar ke arah penyembuhan pada pasien-pasien yang terbiasa berdzikir dengan khusuk dibanding pasien yang tidak pernah berdzikir meskipun keduanya memiliki gejala penyakit yang sama,” ungkap Arman.
''Sebagai seorang dokter spesialis saraf, hampir setiap hari saya bertemu dengan pasien mengeluhkan rasa nyeri atau sakit di kepalanya, atau keluhan-keluhan lain yang berhubungan dengan gangguan jaringan saraf,'' lanjutnya.
''Alhamdulillah, lewat buku Berdzikir untuk Kesehatan Saraf (Zaman: 2010), saya berhasil mengungkap keajaiban dzikir tersebut terhadap kesehatan serta penyembuhan penyakit saraf yang sering diderita pasien seperti nyeri (nyeri kepala tipe tegang, migrain, fibromialgia, nyeri sendi, nyeri neuropati akibat kencing manis kronis, nyeri pinggang akibat iritasi akar saraf atau saraf terjepit), lumpuh karena stroke, depresi pasca stroke, gangguan pikiran dan emosi, serta gangguan tidur (insomnia),” tuturnya sambil menunjukkan buku yang akan diseminarkan di Makassar akhir Juli tahun ini.


Sumber : http://republika.co.id
Demikian mudah-mudahan bermanfaat. Amiin.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta, astaghfiruka waatuubu ilaika.

0 Response to "Hilangkan Nyeri dengan Dzikir"

Posting Komentar

Powered by Blogger