Shalat Mendidik Disiplin

Kedisiplinan adalah modal penting untuk mencapai keberhasilan. Jika kita ingin menjadi orang sukses, maka harus disiplin dalam segala hal. Di dunia ini banyak sekali orang yang berhasil, tapi ternyata jauh lebih banyak orang yang tidak berhasil. Mengapa demikian, padahal waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita sama yaitu 24 jam dalam sehari ? Dalam Al Qur’an surat Al ’Ashr Allah sampai bersumpah atas nama waktu (demi waktu). Ini sebagai bukti perhatian Allah tentang pentingnya menghargai waktu. Sutan Taqdir Alisyahbana bahkan pernah berucap, bahwa kesuksesan seseorang itu tergantung
pada kemampuannya dalam mengatur waktu. Orang yang menghargai waktu dan mampu
memanfaatkannya dengan baik untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat pasti akan mendapatkan banyak hasil, meskipun dari hal-hal yang kita anggap kecil. Sebaliknya orang
yang suka menyia-nyiakan waktu hanya untuk bermalas-malasan, bersantai-ria banyak
ngobrol yang tidak ada manfaatnya, berpangku tangan, dan banyak berangan-angan pasti
akan mendapatkan kegagalan. Hal demikian disebabkan waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah bisa kita lewati lagi.
Lebih jauh Allah mengingatkan bahwa manusia yang sudah diberi waktu (kesempatan) semuanya akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati dalam menetapi kebenaran dan kesabaran. Jadi, kriteria sukses menurut pandangan Al-Qur’an adalah tercapainya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, bukan kehidupan duniawi saja yang oleh banyak orang -sadar atau tidak- dipersepsikan selama ini. Sekarang, bagaimana caranya agar kita disiplin menghargai waktu ? Perintah sholat lima waktu merupakan amal ibadah yang mendidik pelakunya agar disiplin dalam mengerjakannya. Allah berfirman yang artinya :
”Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An Nisa :103). Ayat di atas menjelaskan bahwa sholat itu hukumnya wajib atas setiap mukmin yang harus dikerjakan tepat pada waktunya, disamping memenuhi syarat dan rukun tertentu lainnya. Idealnya dan ini yang paling utama, sholat itu harus dikerjakan di awal waktu, dengan berjamaah, di shaf pertama, serta dengan tuma’ninah dan penuh kekhusyuan. Ini menunjukkan bahwa perintah sholat mewajibkan kita agar disiplin dalam mengerjakannya, tidak boleh asal-asalan atau sesuka kita. Apabila salah satu syarat atau rukun sholat tidak dipenuhi, maka sholat kita tidak akan sah atau sia-sia. Dalam keadaan lalai kita sering beranggapan bahwa seolah-olah Allah yang butuh sholat kita, padahal kita sendiri yang butuh terhadap sholat. Artinya Allah tidak akan rugi atau tidak akan berkurang keagungan dan kemulian-Nya jika kita tidak sholat, tapi kita sendiri yang rugi terutama di akhirat kelak.
Jika raga kita ini dianalogikan sebagai perangkat keras (hardware), maka sholat merupakan program (software) untuk perawatan agar kita tetap sehat dan stabil, baik jasmani maupun rohani. Ketika kita sedang asyik tidur misalnya, kemudian terdengar panggilan adzan shubuh, maka kita harus bangun untuk mendirikan sholat shubuh meskipun terasa berat. Seluruh kewajiban yang Allah bebankan kepada hamba-Nya pasti terkandung hikmah dan kebaikan yang banyak sekali. Ketika Allah mewajibkan sholat, hakekatnya Allah akan memberikan manfaat yang luar biasa kepada kita. Dalam bacaan tatswib adzan shubuh ada ungkapan, "Ashsholaatu khoirun minan naum”(Sholat itu lebih baik daripada tidur), apa maksudnya ? Ternyata dari hasil kajian ilmiah disebutkan bahwa dengan sholat shubuh tubuh kita melakukan auto proteksi terhadap gangguan penyakit jantung (kardiovaskuler) dan kanker. Waktu sepertiga malam terakhir sampai waktu shubuh adalah saat tubuh harus memproduksi zat Nitrik Oksida untuk melawan efek hormon Nor Adrenalin (yang memicu naiknya tekanan darah dan pembekuan trombosit sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah). Maka, dengan aktifitas yang dimulai dengan wudhu, shalat sunnah fajar, berjalan menuju ke masjid, kemudian sholat shubuh berjamaah merupakan proteksi terhadap gangguan penyakit jantung (kardiovaskuler) dan kanker. Coba bandingkan dengan kebiasaan orang Amerika yang demi hajat hidup kemanusiaan mampu mendorong mereka untuk bangun pagi-pagi atau tidak sedikit dari mereka yang rela bangun demi binatang kesayangan (anjing)nya agar bisa menghirup udara segar di pagi hari. Mengapa seorang mukmin tidak mengerahkan segenap potensinya untuk bangun pagi memenuhi kewajiban yang nyata-nyata mendatangkan banyak keuntungan? Disamping itu, gerakan-gerakan yang direkomendasikan oleh para pakar kesehatan, hampir semuanya tercakup dalam gerakan sholat. Seperti halnya olah raga, gerakan sholat juga akan membantu memperingan kinerja jantung, memperlancar asupan oksigen ke dalam tubuh dan membuat otak menjadi segar bugar. Makanya, setelah sholat kita biasa merasakan kondisi otak kita menjadi lebih fresh kembali.
Kesimpulannya, sholat itu merupakan ibadah yang sangat tepat untuk mendidik disiplin diri. Mukmin yang taat menjalankan sholat lima waktu terutama dengan berjamaah, itu membuktikan bahwa dirinya disiplin dalam menunaikan tugas atau kewajiban. Sekarang bagaimana halnya dengan mukmin yang tidak disiplin menegakkan sholat ? Itu jelas menandakan dirinya sebagai pribadi mukmin yang tidak mantap imannya sehingga mudah sekali meremehkan kewajiban. Padahal meremehkan suatu kebaikan –apalagi yang wajib- merupakan modal untuk menjadi orang yang gagal. Namun perlu digaris bawahi, bukan berarti mukmin yang rajin sholat ada jaminan kehidupan duniawinya menjadi lebih baik atau sukses. Sebab menunaikan sholat itu tidak ada hubungannya dengan kadar rezeki seseorang menjadi bertambah atau berkurang. Sebaliknya, bisa jadi orang yang tidak sholat tapi rezekinya justru melimpah, dan ini yang terkadang meracuni sebagian besar para pencari anugerah rezeki yang lupa terhadap Tuhannya . Tetapi sekali lagi, kebahagiaan yang hendak kita raih itu meliputi kebahagiaan hidup dunia dan lebih utama di akhirat kelak. Maka tidak sepantasnya seorang mukmin karena alasan apapun berani meninggalkan sholat. Sebab, sholat merupakan simbol keislaman seseorang dan faktor terpenting yang akan dihisab untuk menentukan keselamatan di sisi Rabbnya. Lebih tegas Imam Ibnul Qoyyim menyebutkan bahwa meninggalkan sholat fardhu dengan sengaja merupakan dosa besar terparah yang dosanya di sisi Allah lebih besar daripada dosa membunuh, mengambil harta orang lain, perzinaan, pencurian dan meminum khomer. Dan yang kadang sulit diterima akal sehat orang dengan mudah beralasan tidak sholat karena kesibukannya dalam bekerja atau karena tugas-tugas penting (kewajiban) lainnya. Padahal sebenarnya Allah sangat Maha Bijaksana memberikan taklif kewajiban sholat kepada kita hanya lima waktu yang kalau kita kerjakan seluruhnya tidak sampai satu jam. Apakah kita masih merasa rugi dengan sisa waktu 23 jam lainnya dalam sehari ? Dan yang pasti sholat sebagai pertanda keislaman seseorang merupakan batas yang membedakan antara muslim dengan musyrik. Rasulullah menegaskan : ”Perjanjian antara kita dengan mereka (kaum musyrik) adalah sholat, maka barang siapa meninggalkannya sungguh ia telah kafir.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan An Nasa’i). Mudah-mudahan kita termasuk mukmin yang mengindahkan kewajiban sholat, sehingga dapat meraih kesuksesan hidup baik di dunia lebih-lebih di akhirat, Amiin.

Oleh : Zaenal Muttaqin Noor

Wallaahu a'lam. Mudah-mudahan bermanfaat, Amiin...
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta, astaghfiruka waatuubu ilaika.

0 Response to "Shalat Mendidik Disiplin"

Posting Komentar

Powered by Blogger